Kisah Heri Vita Winarko Sepuluh Tahun Buka Bimbel, Kini Tutup dan Pilih Berjualan di PSC Karena Penghasilan Lebih Menjanjikan




MADIUN – Heri Vita Winarko tak pernah bermimpi bakal berjualan di Kampung Eropa kawasan wisata enam negara Pahlawan Street Center (PSC). Maklum, sebelumnya dia sudah memiliki usaha bimbingan belajar (bimbel) sepuluh tahun lamanya. Warga Kelurahan Winongo itu memilih menutup bimbelnya dan fokus berjualan makanan dan minuman di kawasan PSC 1,5 tahun terakhir. Penghasilan yang lebih menjanjikan menjadi salah satu alasan Heri beralih pekerjaan.

‘’Kalau bimbelnya hampir sepuluh tahunan. Dulu memang jarang ada (bimbel), kalau sekarang sudah banyak. Jadi yang ikut les semakin sedikit,’’ kata Heri, Kamis (18/4).

Heri resmi menutup usaha bimbelnya sekitar 1,5 tahun yang lalu. setelah mendapat kesempatan berjualan di kawasan PSC. Selain itu juga karena muridnya semakin berkurang. Diakuinya, banyak bimbel bermunculan. Selain itu, ada juga yang memilih les di gurunya masing-masing. Tak heran, dia memutuskan banting stir begitu ada kesempatan berjualan di PSC tersebut. Dia berjualan di stand nomor dua dari timur di kawasan Kampung Eropa. Total ada 12 stand di sana. Itu merupakan jatah stand untuk forum Kelompok Informasi Masyarakat (KIM). Kebetulan Heri merupakan Ketua KIM Kelurahan Winongo.

‘’Sebenarnya stand itu jatah forum KIM, tetapi saat ditawarkan banyak yang tidak bisa karena pekerjaan masing-masing. Awal-awal dulu juga dipakai join. Tetapi yang lain juga tidak bisa melanjutkan, akhirnya tinggal saya,’’ jelasnya.

Pilihan Heri menutup bimbel dan bertahan untuk berjualan di PSC berbuah manis saat ini. Penghasilan dari berjualan tersebut cukup menjanjikan. Bahkan, bisa melebihi dibanding dengan usaha bimbelnya dulu. Dia menyebut rata-rata penghasilan dari bimbel berkisar Rp 1 juta setiap bulannya. Sedang dari berjualan dia bisa meraup omset Rp 3 juta sehari.

‘’Saat libur lebaran kemarin memang ramai sekali. Kalau saya omset sehari rata-rata Rp 2 juta. Pernah sampai Rp 3 juta di lebaran ketiga,’’ ungkapnya.

Bahkan, di hari biasa dia masih bisa mendapatkan omset sekitar Rp 300 ribu sehari. Kalau dikalikan 25 hari omsetnya sudah Rp 7,5 juta. Padahal dia hanya berjualan es coklat, es lumut, kebab, burger, dan hotdog. Itu pun tidak seharian penuh. Hari biasa dia mulai berjualan sore hingga malam. Sedang, saat libur lebaran kemarin, Heri biasa buka mulai pukul 10.00 sampai 23.00. Pembelinya beragam. Kebanyakan dari luar kota. Bahkan ada yang dari Malaysia.

‘’Saat libur lebaran kemarin kawasan PSC memang ramai sekali. Dari yang saya tanya, ada dari Sumatera, Kalimantan, bahkan ada yang dari Malaysia, kebetulan menantunya orang Madiun,’’ ujarnya.

Heri kini makin mantap berjualan di PSC tersebut. Dia pun mengaku bersyukur dengan Pemerintah Kota Madiun yang sekarang ini. Sebab, tanpa upaya Pemerintah Kota Madiun di bawah Wali Kota Dr. Maidi, Kota Madiun tentu tidak seramai ini. Dari pembangunan Pemkot Madiun setidaknya sudah mendatangkan potensi ekonomi yag luar biasa.

‘’Kalau tidak ada sentuhan di kawasan itu, mungkin sampai saat ini Kota Madiun ya sepi seperti dulu. Efek dari pembangunan di sana memang berdampak pada banyak orang,’’ pungkasnya. (rams/agi/madiuntoday)